Search

Wednesday, December 21, 2011

How important are grades to you?

Credit goes to you, Marcella....well written!:-)

How important are grades to you?

by Marcella Purnama


THE first time I discovered grades ruled my life was when I was preparing my high school graduation speech.
I came across American student Erica Goldson’s words, which struck a deep chord in me. She said in her valedictorian speech:
“I have successfully shown that I was the best slave. I did what I was told to the extreme. While others sat in class and doodled to later become great artists, I sat in class to take notes and become a great test-taker. While others would come to class without their homework done because they were reading about an interest of theirs, I never missed an assignment. While others were creating music and writing lyrics, I decided to do extra credit, even though I never needed it.”
We sometimes forget that education is about learning. It becomes apparent now as I enter university, that I used to study for the sake of studying, for the sake of getting good grades.
Even now, it sometimes still feels like a frantic race, as people around you strive for that prize called high distinction for every subject. There’s nothing wrong about excelling in our studies of course. In fact, we ought to do our best to get good marks – but how good is good enough?
My elder sister is in her final year of medical school at Melbourne University. She is at once excited, anxious and scared. She is uncertain about her chances of getting a job here in Australia as an international student, and there are not enough training places for everyone. She resents the fact that friends will have to compete against each other to get the top marks and top jobs.
For me, I’ve long given up trying to “compete” with my peers, especially local students for whom English is their first language. If you’ve ever sat in on an arts tutorial you would know how difficult it is to get a word in, let alone be heard. It takes courage, lots of it.
At other times it is easy to forget the joy of learning when you are faced with a seemingly never ending stream of assignments, tests, and exams. It is tempting to measure your success based on your grades. If I do well, I will be happy. If I score badly, I will feel miserable for the next few days, especially when you have a straight H1 student sitting by your side.
Of course, not every student thinks like me. I know a friend who holds a very different attitude towards university life.
“Pass is enough,” he tells me.
“But more than that, it is a bonus. For me, grades are important. I always aim to get C at the very minimum. But I never sweat at it too much. Knowledge itself is more important than some written exams.”
I stand convicted.
University was never meant to be a pressure cooker. We come to learn new things, not just for the getting of good grades or jobs. More than that, we learn because we are passionate about what we are studying. It’s all about seeing the bigger picture. Good grades aren’t the guarantee for success in life.
I watched a Bollywood movie called 3 Idiots last night, and there’s a quote that I want to leave you with:
“Most of us went to college just for a degree. No degree meant no plum job, no pretty wife, no credit card, no social status. But none of this mattered to him, he was in college for the joy of learning, he never cared if he was first or last.”

Marcella Purnama is a second-year psychology and media and communications major at Melbourne University.

Another side of life

Its been a while i did not write anything on my blog, since i started my postgraduate class. To be honest, i did not expect university will be this busy. But the reality is, those assignments almost kill most of us! The amazing thing is, i really enjoyed the 'killing' process:-). This major amazed me in certain way, mostly for me to be able to see life from the other side....the side that i aware was there, but never expect to see it this close.

Sebut saja namanya Bunga, anak kelas 5 SD yang sekolah di salah satu rumah singgah anak jalanan milik sebuah yayasan. Selain sekolah, Bunga membantu ibunya sebagai jockey. Di Jakarta, jockey adalah penawar jasa untuk menumpang kendaraan yang akan memasuki daerah 3 in 1 di saat jumpah penumpang mobil tidak sampai 3 orang. Bunga kerja sebagai jockey bersama Ibu dan adiknya. Yah...berapalah penghasilan jockey. Tapi anak ini selalu semangat untuk kerja setiap hari setelah sekolah. Semua hasil kerja dia berikan untuk Ibunya...tanpa sedikitpun diambil buat dia jajan. Bunga sekeluarga tinggal di rumah kontrakan. Sebelumnya rumah mereka kebakaran...ludes habis. Kemudian mereka tinggal di eperan salah satu  mesjid terbesar di kota ini selama 3 tahun. Goodness, membayangkan saja aku sudah tak sanggup...tinggal di teras selama 3 tahun?! Setelah dilakukan penertiban, mereka sekarang kontrak di rumah sangat kecil tanpa kamar...berenam. Tiap malam tidur beralaskan koran saling berdempet dengan adik-adiknya. Bunga juga korban kekerasan orangtua, terutama Ayahnya yang sepertinya tertekan dengan kondisi ekonomi keluarga...juga dengan larinya kakak Bunga dari rumah. Siang hari Bapak mencari kakak Bunga yang pergi entah ke mana, dan malam hari beliau jadi kenek.
Well, Bunga punya semua alasan di dunia untuk mengeluh, betapa tidak adilnya dunia ini. Tapi Bunga tidak mengeluh, dia hanya punya cita-cita satu: punya uang banyak supaya bisa membahagiakan orangtuanya. Tidak ada keegoisan untuk diri sendiri, hanya untuk orangtuanya. Bunga masih punya alasan tersenyum, walaupun kadang pulpen tak punya buat sekolah....waktu bermain tak ada...tidak tidur di atas kasur waktu malam.
Bunga, salah satu contoh bagaimana saya melihat sisi lain kehidupan. Kadang kita mengeluh untuk hal kecil: untuk macet, AC yang tidak jalan, kamar kost tanpa jendela, laptop kena virus, dll. Oh teman, lihat Bunga! Kenapa kita tidak memandang keluhan kita dari sisi berbeda? Bahwa kita punya mobil, bahwa kita ada AC, bahwa kita masih punya kamar sendiri, bahwa kita masih punya laptop. Bunga mengajarkan saya untuk banyak bersyukur, bahwa dengan masalah hidup yang kupikir banyak...masih ada orang lain yang masalahnya jauh lebih banyak dari saya. Kadang hal kecil yang sepertinya biasa bagi kita dan tidak perlu kita syukuri, adalah hal yang sangat luar biasa dan sangat perlu untuk disyukuri.

Bunga, terima kasih untuk mengajariku bahwa setiap inci hidup ini adalah sebuah karunia yang patut disyukuri...bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk mengeluh. Bersyukurlah!


Depok, 20 Desember 2011 ~ 22.42

Sunday, October 9, 2011

Belajar dari Daniel

Belajar dari Daniel

Hari Minggu, di perantauan…selalu serasa hari istimewa dibanding saat berada di rumah & dekat dengan keluarga. Entah kenapa kebaktian terasa lebih hikmat (walaupun sekitar pasti ada saja yang sibuk dengan HP J), doa terasa lebih khusuk….dont know why.
Hari ini sesuai rencana kemarin, akan beribadah jam 9 di GPIB Gideon Kelapa Dua Depok.

Sungguh suatu ‘kebetulan’ karena bacaan Alkitab di Gereja sama dengan bacaan saat teduh saya (Our Daily Bread) Sabtu kemarin, tentang Daniel. Pasti ada maksud TUHAN, sampai 2x diingatkan melalui Daniel.
Saya merasa sangat diberkati hari ini, dan ingin sharing…semoga menjadi berkat untuk anda juga J.

Bacaannya dari Daniel 6:1-10, tentang gua singa.
Menurut saya, ada dua hal yang penting yang dibahas dalam perikop ini:
  1. Fitnah & sabar
Daniel difitnah oleh orang yang cemburu dengan karir dan imannya. Tapi dia tahu bahwa dia punya TUHAN yang setia dan jauh lebih berkuasa dari siapapun. Dia tidak membalas (semoga kita juga tidak), tapi memilih untuk berdoa.
  1. Setia & beriman
Bahkan dalam keadaan difitnah dan tahu akan dihukum karena imannya, Daniel tetap setia beribadah, tiga kali sehari dia bersujud berdoa memuji TUHAN. Daniel memilih ikut TUHAN, apapun resikonya.

Pertanyaannya: apakah kita sedang dalam fitnahan yang keji tapi tetap sabar, dan apakah kita tetap setia dalam iman kita untuk percaya bahwa TUHAN pasti akan bertindak dan buka jalan?
Semoga kita seperti Daniel yang tetap setia pada TUHAN dalam segala cobaannya, termasuk fitnah.

Setelah keluar dari Gereja, terjadi dua insiden: saya yang hampir ditabrak motor depan Gereja (diteriakin ‘Meleng aja!!’), dan sebuah angkot yang hanya mencari rezeki dengan berhenti sebentar supaya orang yang pulang Gereja bisa naik angkotnya (diteriakin si Bapak yang marah dari motor ‘Maju loe!!’). Memang observasi sejak hari pertama bergereja di Gideon: jarang ada kendaraan yang mau mengalah saat jemaat menyeberang setelah kebaktian, tapi banyak berkat yang jemaat bagikan buat para supir angkot yang mencari nafkah.
Langsung dapat kesempatan praktek yang nomor 1: sabar saja…. J

Sambil pulang, tergiang lagu penutup kebaktian hari ini:
Tiap langkahku, diatur oleh Tuhan
Dan tangan kasihNya, memimpinku
Di tengah badai dunia, menakutkan
Hatiku tetap tenang teduh

Tiap langkahku
Ku tahu yang Tuhan pimpin
Ke tempat tinggi ku dihantarNya
Hingga sekali nanti aku tiba
Di rumah Bapa, sorga yang baka

Di waktu imanku mulai goyah
Dan bila jalanku hampir sesat
Kupandang Tuhanku penebus dosa
Ku teguh sebab Dia dekat

Saturday, June 25, 2011

....and did it, my way

I've lived a life that's full.
I've traveled each and ev'ry highway;
And more, much more than this,
I did it my way.

Regrets, I've had a few;
But then again, too few to mention.
I did what I had to do
And saw it through without exemption.

(My Way - Frank Sinatra)


Yes, i did it my way. I decided to leave my comfort zone, finally! I've decided to do it now before everything is too late...before i'm too afraid to leave...before i afraid to compete...before i become too lazy to reach my dream....before i feel sorry in my later age that i didnt decide to do this.
Wise saying said that we regret the things we did not do, not the things we do. If people put comment, what if you fail and you then realize that you cant come back. I will answer...at least i know, at least i have the courage to try. You will never know if you do not try.

Now i know the feeling when you have to leave something that very close and you hold dearly for years. This place...Gosowong. Mixed of excitment (of the new challenges ahead), happy (to move to new environment), sad (to leave all my friends and the green forest), lazy (to follow-up stuffs as so many new problems arises), encouraged (to follow-up things karena tidak mau tinggalkan 'utang' kerjaan)....all mixed! It doesnt feel good, but i enjoy every moment of my last days on site.

...but i did it, i choose my way that for some people does not make sense. It does for me and i want to enjoy it the best i can.



Tuesday, June 7, 2011

Jalan Tol



Jalan tol identik dengan bebas macet (walaupun cannot applied di Jakarta), tapi pada hakekatnya orang rela bayar untuk masuk jalan bebas hambatan alias freeway untuk lebih cepat tiba di tujuan.

My journey to the next challenge is exactly seperti jalan tol....MULUS! Daftar lancar, ujian lulus, daftar ulang secepat kilat, persiapan tempat tinggal baru bisa beres lebih cepat dari kilat dengan harga super murah di tempat yang bagus. Rasanya tidak ada kata-kata yang bisa diucapkan untuk menyampaikan betapa bersyukurnya untuk berkat TUHAN yang satu ini. Sampe heran sendiri...memang beneran lewat 'jalan bebas hambatan'.

Pernah merasa ketika sesuatu yang kita rasanya ragu dari awal, tapi dengan cepat kita rasa yakin karena jalan begitu mulus diberikan TUHAN? Yes, this is it...persis! Keraguan itu hilang segera saat semuanya dibuat lancar, dan ternyata ini memang jalan yang harus diambil.

Gosh, i am so excited! Dan sangat bersyukur karena ada begitu banyak yang ikut excited dengan hal ini.

Yah...inilah jalan tol TUHAN. You know its the right way, you just know it. Sebagai manusia kita hanya bisa berencana dan biarkan TUHAN yang menentukan jalannya ke depan. Just go with HIS flow, and put faith that HIS way is always the best way.

Have a good night, everyone. Have faith!:-)

Saturday, April 30, 2011

The Bishop of London's Sermon on The Royal Wedding, Prince William & Catherine Middleton

“Be who God meant you to be and you will set the world on fire.” So said St Catherine of Siena whose festival day it is today. Marriage is intended to be a way in which man and woman help each other to become what God meant each one to be, their deepest and truest selves.
Many are full of fear for the future of the prospects of our world but the message of the celebrations in this country and far beyond its shores is the right one – this is a joyful day! It is good that people in every continent are able to share in these celebrations because this is, as every wedding day should be, a day of hope.  
In a sense every wedding is a royal wedding with the bride and the groom as king and queen of creation, making a new life together so that life can flow through them into the future.
William and Catherine, you have chosen to be married in the sight of a generous God who so loved the world that he gave himself to us in the person of Jesus Christ.
And in the Spirit of this generous God, husband and wife are to give themselves to each another.
A spiritual life grows as love finds its centre beyond ourselves. Faithful and committed relationships offer a door into the mystery of spiritual life in which we discover this; the more we give of self, the richer we become in soul; the more we go beyond ourselves in love, the more we become our true selves and our spiritual beauty is more fully revealed. In marriage we are seeking to bring one another into fuller life.
It is of course very hard to wean ourselves away from self-centredness. And people can dream of doing such a thing but the hope should be fulfilled it is necessary a solemn decision that, whatever the difficulties, we are committed to the way of generous love.
You have both made your decision today – “I will” – and by making this new relationship, you have aligned yourselves with what we believe is the way in which life is spiritually evolving, and which will lead to a creative future for the human race.
We stand looking forward to a century which is full of promise and full of peril. Human beings are confronting the question of how to use wisely a power that has been given to us through the discoveries of the last century. We shall not be converted to the promise of the future by more knowledge, but rather by an increase of loving wisdom and reverence, for life, for the earth and for one another.
Marriage should transform, as husband and wife make one another their work of art. It is possible to transform as long as we do not harbour ambitions to reform our partner. There must be no coercion if the Spirit is to flow; each must give the other space and freedom. Chaucer, the London poet, sums it up in a pithy phrase:
“Whan maistrie [mastery] comth, the God of Love anon,
Beteth his wynges, and farewell, he is gon.”
As the reality of God has faded from so many lives in the West, there has been a corresponding inflation of expectations that personal relations alone will supply meaning and happiness in life. This is to load our partner with too great a burden. We are all incomplete: we all need the love which is secure, rather than oppressive, we need mutual forgiveness, to thrive.
As we move towards our partner in love, following the example of Jesus Christ, the Holy Spirit is quickened within us and can increasingly fill our lives with light. This leads to a family life which offers the best conditions in which the next generation can practise and exchange those gifts which can overcome fear and division and incubate the coming world of the Spirit, whose fruits are love and joy and peace.
I pray that all of us present and the many millions watching this ceremony and sharing in your joy today, will do everything in our power to support and uphold you in your new life. And I pray that God will bless you in the way of life that you have chosen, that way which is expressed in the prayer that you have composed together in preparation for this day:
God our Father, we thank you for our families; for the love that we share and for the joy of our marriage.
In the busyness of each day keep our eyes fixed on what is real and important in life and help us to be generous with our time and love and energy.

Source: (http://www.officialroyalwedding2011.org/blog/2011/April/29/The-Bishop-of-London-s-Sermon)


Strengthened by our union help us to serve and comfort those who suffer. We ask this in the Spirit of Jesus Christ. Amen.     

Thursday, April 28, 2011

Window Shopping

Yes, window shopping is always fun...indeed! Mau punya uang, tidak punya uang, bermaksud beli, atau hanya cuci mata, stress relief, atau sekedar olahraga. Itulah asiknya window shopping.

Semalam nonton CSI NY season baru dan di akhir episode ini, ada dialog menarik tentang window shopping. Katanya hidup ini seperti window shopping, semuanya bisa kita lihat tapi kita tidak perlu/harus beli...kita tidak perlu miliki. Saya pikir, itu betul sekali! Bahkan, filosofi itu bisa lebih dikembangkan lagi.

Ada thin red line, batas tipis antara 'butuh' dan 'ingin'. Masalahnya adalah, tergantung situasi, manusia susah membedakan mana 'butuh' dan 'ingin'. Kalau mau ikut kata hati, kita mau semuanya! Tapi 'semuanya' itu belum berarti kita 'butuh' dan tidak akan pernah cukup. Kuncinya, syukuri apa yang kita punya...pasti semuanya berasa cukup.

Filosofi 'window shopping' ini juga bisa dilihat dengan cara lain....cara kita memandang sekitar, cara kita memandang sesama. Kita juga perlu 'window shopping' dengan kesuksesan orang lain....kagum dan belajar, bukan malah jadinya sirik. Seperti layaknya kita kagum dengan manekin yang menggunakan tas dan sepatu Tods yang simple dan nyaman dengan warna terbaru (dan harga selangit....hehheheh), demikian juga kita seharusnya kagum dengan prestasi/pencapaian/keberhasilan/kecantikan orang di sekitar kita. Alangkah indahnya hidup ini kalau semuanya dilihat dari sisi positifnya. We might learn something from that person for us to be better. 'Stealing' in positif meaning :-)
Bisa juga dengan cara lain, menjadikan apa yang kita lihat saat 'window shopping' ke orang lain sebagai 'target hidup'. "Yes, i would like to be like that person!". "Oh, i 100% agree with the way that person sees life'. "Wah, cara hidupnya sehat ya? Pantesan selalu kelihatan segar. I want to know how that person do it". Tentu saja memandang dan kagum dengan sisi positifnya yang layak dicontoh.

Pada intinya, hidup ini pasti indah kalau kita syukuri dan selalu berpikir positif. Sering-seringlah ber'window shopping', supaya bukan hanya mata kita yang puas...tapi hati juga ikutan puas :-). Happy 'Shopping'! :-)

Monday, April 18, 2011

Facing the (giant) fear

There is a saying: 'The best way to overcome fear is to face it'.
Setiap orang punya ketakutan dalam hidup, i'm sure. Dan tiap orang juga punya cara yang berbeda menghadapi ketakutannya. Ada yang lari, ada yang menghindar alias hadapi setengah-setengah, tapi sebenarnya kuncinya adalah: hadapi. Kenapa, cepata atau lambat, someone has to face the fear to move on. Makin lama dihindari dan lari, makin parah ketakutan itu.


Tapi selalu sisi manusia itu muncul, lari dan menghindar. Manusia secaa nature mau punya rasa aman dan nyaman, dan facing the (giant) fear will make this human side disturbed. Jadi, apakah salah kalau kita menjadi 'manusia' yang lari dari ketakutan? And i think its fair....and very normal, very human.

Mungkin bukan lari (bukan pembenaran lho!), but simply gathering might & power to face the fear. Karena pada saatnya, kita akan hadapi itu.

So, to my fellow human...its OK to stay away for a while from your fear, when you have the power and the right has com, you'll have the time to face it. Anyway, preparation is always a key to a great success,right?:-)

Monday, April 4, 2011

Change

Albert Einstein bilang hidup itu seperti mengendarai sepeda, untuk tetap seimbang maka anda harus bergerak. 'Life is like riding a bicycle. To keep your balance you must keep moving'. Artinya, kita tidak boleh diam tapi harus terus bergerak, berubah. Bahkan kalau mau menang dalam persaingan, kita harus 'bergerak' lebih cepat dan lebih pintar dari yang lain.

Tapi bagaimana kalau perubahan itu lebih cepat dari yang anda harapkan. Bagaimana kalau we do not want that change to happen. Hey, i love the current situation! I dont want to change! Tapi kenyataannya adalah: 'The only thing that does not change, is change itself'. And we have to live with that, mau tidak mau kita harus berubah dan beradaptasi.

Perubahan pada prinsipnya adalah baik; menantang zone nyaman, improved dan berubah ke arah yang lebih baik. Personally, i love change. Termasuk tipe yang cepat bosan dan perlu tantangan baru. Sebagian pekerjaan adalah memang untuk make the change happen in my workplace dan menjadikan perubahan dan improvement sebagai bagian dari keseharian kita. Tapi bagaimana jika sisi manusiawi itu muncul, bahwa ada saatnya kita merasa 'aman' & nyaman di situasi yang sekarang....situasi stagnant yang saya sendiri tidak rela untuk berubah? Denial...yup, penyangkalan. Perlu hati yang besar untuk mengakui bahwa sisi manusia kita 'bisa' mengalahkan logika. Manusia butuh rasa aman, butuh istirahat, butuh merasa terlindungi, punya hati & perasaan...karena manusia bukan robot yang terus bergerak dan tidak perlu istirahat.
Tapi ternyata, tidak ada salahnya untuk kita berada di sisi satunya, sisi yang berbeda dengan yang lain.

I am sick and tired of change....at least for now. I missed atmosfir yang dulu dari tempat ini...i want it back. Kangen ngumpul sama teman-teman, kangen orang dengan manner, kangen social life such as gathering after hours, kangen the laughter and eating festive, kangen function-with-no-reasons, kangen tempat ini sepi dan hanya diisi olah orang-orang yang saling kenal.
Hey, wake up girl....semua itu tidak akan kembali. Berpikir untuk menyerah? Yes and no. Tapi waktu berlalu, dan tenaga dan emosi kita terkuras seiring berjalannya waktu. Work idealism vs life idealism...what a choice.

However, the decision has to be made...and i decided to keep my life idealism, that the greatest thing in life isnt things. There are more that life can offer, and its up to me to make a better choice: to be happy and enjoy life or being washed by change and pretend that i can hold on.

Ya, keputusan itu sudah bulat....just cant wait!. Life, dreams, future...here i come:-)

Monday, March 28, 2011

For the love of food....

I love food! Who doesn't anyway :-)
I love taking picture of food i ate and share the delicious festive to my friends.

So...enjoy!!


Choi Pan - Singkawang, Kalimantan Barat

Tinutuan alias Bubur Manado - Manado, Sulawesi Utara

Mie Kuah Cakalang - Manado, Sulawesi Utara

Gohu Pepaya - Manado, Sulawesi Utara

Rujak Buah - Manado, Sulawesi Utara

Es Brenebon Alvokad Durian - Manado, Sulawesi Utara

Mie Belitung - Bangka Belitung

Bakso Sapi 21 - Singkawang, Kalimantan Barat

Nasi Merah - Singkawang, Kalimantan Barat

Srikaya toast, Blueberry Toast, White Coffee - Kuala Lumpur, Malaysia

Sweet Fried Banana Satay - Angeles, The Phillipines

Srikaya Toast - Singapore

Mie Ayam - Cirebon

Snapper steak - Adelaide, Australia

Pumpkin Soup - Adelaide, Australia


Pasta - Adelaide Australia

Tropical fruits - Mekong River, Vietnam
Nasi goreng salmon with pepper - Bandung, Jawa Barat
Martabak Bangka - Bandung, Jawa Barat
Nasi Goreng Seafood - Jakarta, Indonesia
Nasi Goreng  Vegetarian & Avocado Juice - Bangkok, Thailand
Kopi Susu Kawangkoan - Minahasa, Sulawesi Utara
Nasi Bungkus - Minahasa, Sulawesi Utara
Ayam Kari, Sate Ayam Pedas, Acar, Kangkung Cah - Tinoor Minahasa, Sulawesi Utara
Sticky Rice Ice Cream and Wonton Noodle - Taiwan
Fruit Ice - Taiwan
Salad ikan asam manis - Manado Sulawesi Utara
Iga Penyet Rica - Jakarta
Fried Banana with Caramel Sauce - Jakarta
Tom Yam Noodle - Medan, Sumatera Utara
Sup Jagung Kepiting (Crystal Jade)- Medan, Sumatera Utara
Ikan goreng, Daun Singkong Rebus, Kangkung Cah Balacan, Ayam Bakar - Medan, Sumatera Utara
Tuna Melt Pizza + Green Tea - Pizza Hut
Ayam Taliwang - Lombok, Nusa Tenggara Barat
One of the best dessert at Sheraton Lombok...and i forgot the name >.< - Lombok, Nusa Tenggara Barat
Bubur Babi - Singkawang, Kalimantan Barat
Sambal Teri - Singkawang, Kalimantan Barat
Masakan Manado ala Jakarta (Kuah Asam, Perkedel Milu, Cakalang Fufu Bakar, Dabu-Dabu)
Tortilla (?) - Two Rivers Bar Gosowong

Black coffee - Ho Chi Minh City, Vietnam













Tuesday, March 22, 2011

Hujan Awet

Oalah....hujannya awet bener! Di TV nasional semuanya membahas cuaca ekstrim. Ada yang bilang karena global warming yang menyebabkan musim bergeser, ada juga yang bilang gara-gara supermoon. Personally, i'll go with the global warming effect. Again, its a personal opinion:-)

Flight cancelled, overnights, mine distruption, pending civil projects, janjian dibatalkan, becek, cancel outdoor events, de el el. Sampai-sampai hujan disebut sebagai sesuatu yang 'kurang bersahabat'. Padahal kalau dipikir-pikir, apa yang TUHAN beri itu  baik adanya. Hujan baik untuk para petani, bawa dingin di cuaca panas, dan tentu saja...good sleep:-)

Anyway, saat apapun yang TUHAN kasih, marilah kita coba berpikir positif. Gimana caranya? Rubah mind set! What i did is, thinking this continous raining as GOD's blessings in our life. Seperti lirik lagu: 'Berkat TUHAN mari hitunglah, kau kan kagum oleh kasihNYA'.
Berkat TUHAN pasti ada setiap hari. Kesehatan tiap hari, kemampuan bernafas saat bangun, pekerjaan, keluarga yang menyayangi kita, sahabat di sekitar kita, dan masih banyak lagi. You do the counting, friends...and i'm sure you'll be amazed on how good is GOD in our life. Ya, seperti hujan yang awet ini...kasih sayang dan berkat TUHAN juga awet buat kita. Even saat kita mengeluh di saat yang 'kurang bersahabat', toh dia tetap jadi SAHABAT sejati kita.

Be blessed!

Sunday, March 20, 2011

Hal Menghakimi

Sirik sepertinya adalah nature manusia ya? Menggosip apalagi. The worse is, manusia tuh menikmati banget ngegosip yang jelek-jelek soal orang lain supaya merasa lebih superior dari sesamanya.

Ada joke di site tempat saya bekerja: kalo orang di sini tidak bergosip, bakalan sakit semua. Yes, that worse penyakit 'mulut' itu di sini. Atau saat ada expat yang gabung saat beberapa girls ngobrol dan dibilang; 'Hmm, Carlotta (istilah yang datang dari tokoh telenovela yang hobinya nyebar gosip)'. Pasti kita balas: 'Not gossiping, Pak. It's an information exchange'. Hahahahah.....pembenaran!

Tapi saat kita pikirkan lebih jauh, semua perkataan kita, lidah kita ini bermata dua. Kena ke kita dan orang lain yang kita gosipkan atau hakimi. Sengaja juga saya tulis blog dengan topik ini, sebagai pengingat untuk diri sendiri:-)

Ada pepatah berkata: People who gossips to you will gossip about you. And it is totally true menurutku. Gak percaya? Coba aja!

Coba dipikirkan lagi deh. Saat kita membicarakan orang, kita jadi menghakimi, we playing GOD. Dan saat yang sama mestinya kita pakai cermin, am i better than that person? Hey, we all human dan tidak sempurna. It is something mean we are gossiping about others karena kita pun tidaklah sempurna. Seperti kata orang tua: 'Saat ini menunjuk orang dengan jari telunjuk, 4 jari yang lain menunjuk ke diri sendiri'.

So, be careful before judging. You are not better than the person you judge. Jangan sampai kita mempermalukan diri sendiri, menjadi tersakiti, atau bahkan jadi tersinggung karena kemudian 'dibalas' dengan digosipkan oleh orang lain.

Mengutip kata Bunda Teresa: 'Mengenal diri sendiri, membuat kita berlutut dengan rendah hati'. Make use your time by to make yourself a better person, than judging person. Hidup itu singkat, so...live it to the fullest!

Happy Sunday, temans.

Thursday, March 17, 2011

Comfort zone

Sounds familiar? Ya...buat saya juga.

Tak disangka, butuh keberanian besar untuk berani maju dan ambil keputusan keluar dari comfort zone itu.
  • 'You have a good job, why bother moving?'
  • 'Gajinya extraordinary, gimana mencukupi kebutuhan hidup'?
  • 'Banyak orang gak punya kerjaan lho....'
  • 'Lingkungan baru? Ogah....harus adaptasi lagi.'
Tapi, harus diakui bahwa in the back of our mind, tetap impian itu ada. Mau sekolah, mau lingkungan yang baru, rasa bosan, tantangan baru....tapi hanya segelintir orang yang berani untuk mewujudkan mimpi dengan keluar dari zona nyaman itu.
Kata boss-ku, saat yang paling tepat untuk kamu keluar adalah saat kau ada di puncak. Saat kau ada di puncak, ada 2 hal yang akan overflow, salah satunya akan lebih dulu: too much money and too much stress. Menurutku, keduanya sama bahayanya. Tapi aku setuju, saat kau di puncak adalah saat terbaik untuk pergi....dan lompat untuk berusaha menggapai puncak yang lain.

Di zaman yang sangat memuja uang, kemapanan, dan gengsi, tidaklah mudah untuk stand-out di tengah arus yang kuat. Hanya mereka yang punya kemampuan besar dan berpikir maju yang bisa. Semoga aku bisa menjadi salah satu dari mereka yang berani melawan arus dan meraih mimpi. Satu hal yang tidak mau aku alami dan benarkan: penyesalan selalu datang belakangan, saat sudah terlambat. Dan second chance is rare serta tak semua cukup beruntung untuk dapatkan itu. Oh...i dont want to!

Mengutip sebuah quote yang pernah kubaca: "Life is about making the right decisions & moving on."
It is totally correct. And i want to make that right decision and moving on...enjoying the life that i've dreamed!

And guess what? Today is one of the best day of my life, as today i make that decision. Those blur vision, is now bright & shining. Future....i'm ready to move to the next top. Bring it on!:-)